Jumat, 16 Oktober 2009

Sekarang yang menjadi pertanyaan, pemain yunior yang mana yang harus masuk ke Tim Liga? Kenapa Liga hanya mau menerima pemain jadi.. karena memang mereka dirancang untuk itu.. Untuk urusan pembinaan bukan tugas mereka lagi.

Sekarang kalau dipaksakan mereka merekrut pemain muda.. apakah mereka akan mengajari teknik dasar dulu. ga mungkin kan? Kalau ada kompetisi di tingkat usia muda sampai level yunior usia 18 atau 19 tahun, maka pemain itu merupakan pemain yang sudah matang dan ditempa oleh kompetisi yang ketat dari usia yang sangat muda. Sehingga klub-klub yang katanya profesional di level liga Indonesia bahkan luar negeri tidak perlu dipaksa pasti akan memakai pemain-pemain muda ini.

Jadi yang penting itu adalah, bagaimana menyiapkan pemain ini menjadi pemain yang sesuai dengan kebutuhan Liga. Bukan memaksa liga memakai pemain yang belum jadi.

Sekarang kalau kita paksakan mereka punya talent scouting.. mereka akan memantau bakat dimana? melihat orang main bola di lapangan tanpa arahan? itu ga bakalan bisa melihat bakat. jadi ajang untuk kompetisi yunior tetap perlu. Disanalah talent scouting tim-tim Liga bahkan tim2 dari luar negeri bekerja. Sekarang mana ada kompetisi yunior yang layak dipantau. Coba liat Piala Medco dan Piala Suratin hasil pemandu bakatnya. Ga ada hasilnya. Malah PSSI lagi yang memandu bakat untuk tim nasional. Pengalaman Tim Nas di Belanda dengan Pope de Haan sebagai contoh. BAgaimana Pelatih Belanda itu geleng-geleng kepala dengan kualitas pemain yang dikirim kesana. Padahal itu sudah pilihan secara nasional.

Kenapa pembinaan ini tidak bisa diserahkan kepada klub-klub yang beredar di liga? kondisi riil saat ini, untuk mengurus dirinya sendiri dengan klub senior saja mereka sudah kucar-kacir. Apa mungkin ini akan diberikan peran tambahan lagi membina tim yunior?

Kondisi riil di masyarakat sepakbola saat ini adalah, pembinaan yunior ini telah dilakukan inisiatif oleh kelompok-kelompok masyarakat melalui SSB atau klub-klub kampung. Ini saja yang dibina dan di arahkan menjadi sebuah kompetisi. Sehingga akan terjadi pemisahan antara pembinaan yunior dengan pembinaan senior. Ibarat dalam sebuah Industri, ada pabrik ada pasar. Pabrik akan mencetak produk, dan pasar akan memasarkan produk

Inilah indahnya sepakbola khas Indonesia. Sehingga banyaknya jumlah pendduduk bisa saling mengambil peran. Kasus Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara-negara lain. Namun prinsip-prinsip kuncinya tetap sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
saya dulu kuliah di Penutradaraan film (IKJ), administrasi negara. lepas kuliah kerja jadi asisten sutradara, unit manager, manager produksi, sutradara sinetron misteri.Buat SSB FC Faste Academy, Medco, Suratin, Divisi 3 PS Kepulauan Seribu Pengda PSSI DKI Jaya.